Nyadran Desa Jetaklengkong: Tradisi Sambut Ramadan di Makam Leluhur Terdekat
Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, Desa Jetaklengkong kembali menggelar tradisi tahunan "Nyadran" pada hari Jumat, 21 Februari 2025. Sejak pukul 07.00 WIB, warga desa mulai berkumpul di tiga lokasi makam yang tersebar di wilayah desa, yaitu Makam Utara, Makam Selatan, dan Makam Dukuh Blumbang. Warga berkumpul di makam terdekat dengan tempat tinggal masing-masing.
Tradisi Nyadran di Desa Jetaklengkong merupakan wujud penghormatan kepada para leluhur dan sarana untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat desa.
Rangkaian Kegiatan Nyadran di Jetaklengkong
Kegiatan Nyadran diawali dengan membersihkan area makam. Warga desa bergotong royong membersihkan makam dari rumput liar, dedaunan kering, dan kotoran lainnya. Kegiatan ini dilakukan dengan penuh khidmat dan rasa hormat kepada para leluhur.
Setelah membersihkan makam, warga kemudian melakukan ziarah kubur. Mereka memanjatkan doa-doa untuk para leluhur yang telah dimakamkan di makam tersebut. Ziarah kubur ini merupakan bentuk penghormatan dan pengingat akan kematian sebagai bagian dari kehidupan.
Sebagai bagian dari tradisi, warga Desa Jetaklengkong membawa berbagai macam makanan dari rumah masing-masing. Makanan-makanan tersebut kemudian dibagikan kepada seluruh warga yang hadir di makam tersebut. Tradisi berbagi makanan ini mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong royong yang menjadi ciri khas masyarakat desa.
Makna dan Tujuan Nyadran
Nyadran di Desa Jetaklengkong memiliki makna dan tujuan yang mendalam, antara lain:
- Penghormatan kepada Leluhur: Nyadran merupakan wujud bakti dan rasa terima kasih kepada para leluhur yang telah berjasa bagi kehidupan masyarakat.
- Mempererat Silaturahmi: Tradisi ini menjadi ajang berkumpulnya warga desa untuk saling bersilaturahmi, berbagi cerita, dan mempererat tali persaudaraan di lingkungan terdekat mereka.
- Menyambut Ramadan: Nyadran juga dimaknai sebagai upaya membersihkan diri secara spiritual sebelum memasuki bulan suci Ramadan.
- Melestarikan Tradisi: Nyadran merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan agar tidak punah ditelan zaman.
Partisipasi Warga Desa
Kegiatan Nyadran di Desa Jetaklengkong mendapat sambutan yang antusias dari warga desa. Mereka berbondong-bondong datang ke makam terdekat untuk berpartisipasi dalam tradisi ini. Partisipasi aktif warga desa menunjukkan bahwa tradisi Nyadran masih memiliki tempat yang istimewa di hati masyarakat Jetaklengkong, dan bagaimana mereka menjaga hubungan dengan lingkungan terdekat mereka.
Dengan melaksanakan tradisi Nyadran, warga Desa Jetaklengkong tidak hanya menjaga warisan budaya leluhur, tetapi juga memperkuat nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya, di lingkungan terdekat mereka. Tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya menghormati leluhur, menjaga silaturahmi, dan membersihkan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadan.